IMPLEMENTASI ASESMEN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN IPA


 IMPLEMENTASI ASESMEN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN IPA


OLEH
KADEK YUNANDA LUXIANA PARWATA

BAB I PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai dasar hukumpenyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional memuat visi, misi, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global. Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan  tersebut,  pemerintah  melaluiPeraturan Pemerintah No.  19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan standar minimal dalam pelaksanan pendidikan yang meliputi: standar isi; standar proses; standar kompetensi lulusan; standar pendidik dan tenaga kependidikan; standar sarana dan prasarana; standar pengelolaan; standar pembiayaan;dan standar penilaian pendidikan.Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan perlu dilakukan evaluasi, akreditasi, dan sertikasi.
Implementasi dari pelaksanaan peraturan pemerintah itu membawa implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk model dan teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas. Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal (internal assessment),sedangkan penilaian yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan penilaian eksternal (external assessment).Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk menjamin : 1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian,2)pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya ; dan 3)pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif, standar penilaian pendidikan ini disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik , satuan pendidikan, dan pemerintah pada satuan kependidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Berdasarkan permendikbud, standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapain hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilain diri, penilaian

berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingakat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah atau madrasah.
Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian otentik (authentic assessment) sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian otentik, tetapi dalam implementasi dilapangan belum berjalan secara optimal. Melalui kurikulum 2013 ini penilaian otentik menjadi penekanan yang serius dimana guru melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memperhatikan penilaian otentik.Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas mengenai implementasi penilaian otentik (authentic assessment) didalam pembelajaran Sains.

1.2   Rumusan Masalah

1.          Apakah pengertian dari asesmen otentik?
2.          Apa sajakah jenis-jenis asesmen otentik ?
3.          Apakah pengertian penilaian kinerja?
4.          Bagaimanakah teori-teori penilaian kinerja?
5.          Bagaimanakah cara menyusun instrument asesmen kinerja?
6.          Apakah pengertian dari rubrik asesmen kinerja?

1.3   Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu :
1.           Untuk mengetahui pengertian dari asesmen otentik
2.           Untuk mengetahui jenis-jenis asesmen otentik
3.           Untuk menjelaskan pengertian penilaian kinerja
4.           Untuk menjelaskan teori-teori penilaian kinerja
5.           Untuk mendeskripsikan cara menyusun instrument asesmen kinerja
6.           Untuk menjelaskan pengertian rubrik asesmen kinerja

1.4   Manfaat Penulisan

Adapun Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu dapat digunakan sebagai referensi dalam memahami asesmen otentik dan asesmen kinerja sebelum menerapkannya dilapangan dan sebagai solusi dalam meningkatkan cara mengukur peningkatan hasil belajar peserta didik sesuai dengan kurikulum yang diterapkan.

BAB II PEMBAHASAN


2.1   Pengertian Penilaian Otentik

Pada awalnya istilah penilaian otentik diperkenalkan oleh Wiggins tahun 1990 untuk menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa sebagai reaksi menentang penilaian berbasis sekolah seperti mengisi titik-titik, tes tertulis, pilihan ganda, kuis jawaban singkat. Apabila kita melihat di tempat kerja, orang-orang tidak diberikan tes pilihan ganda untuk menguji bisa tidaknya mereka melakukan pekerjaan tersebut. Mereka mempunyai performansi, kinerja, atau unjuk kerja.
Menurut Jon Mueller (dalam Dantes, 2008) penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan essensial yang bermakna.Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Stiggins (dalam Dantes, 2018), bahkan stiggins menekankan ketrampilan dan kompetensi spesifik, untuk menerapkan ketrampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai.Grant Wigguns (dalam Dantes, 2008) menekankan hal yang lebih unik lagi. Beliau menekankan perlunya kinerja ditampilkan secara efektif dan kreatif. Selain itu tugas yang diberikan dapat berupa pengulangan tugas atau masalah yang analog dengan masalah yang dihadapi orang dewasa (warganegara, konsumen, professional) di bidangnya.Menurut Kunandar (2013), penilaian otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD).Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian otentik merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai keterampilan siswa.
Ciri-ciri penilaian otentik :
1.       Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk. artinya didalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja (performnace) dalam produk atau hasil yang dikerjakan oleh peserta didik. Dalam melakukan penilaian kinerja dan produk pastinya bahwa kinerja dan produk tersubut merupakan cerminan kompetensi dari peserta didiik tersebut secara nyata dan objektif.
2.       Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik guru dituntut untuk melakukan penilaian

terhadap kemampuan atau kompetensi proses (kemampuan atau kompetensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran) dan kemampuan atau kompetensi peserta didik setalah melakukan kegiatan pembalajaran.
3.       Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus menggunakan berbagai teknik penilaian (disesuaikan dengan tuntutan kompetensi) dan menggunakan berbagai sumber atau data yang bisa digunakan sebagai informasi yang menggambarkan penguasaan kompetensi peserta didik.
4.       Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian, artinya dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tertentu harus secara komperhensip dan tidak hanya mengandalkan hasil tes semata.informasi-informasi lain yang mendukung pencapaian kompetensi peserta didik dapat dijadikan bahan dalam melakukan penilaian.
5.       Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian –bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.
Penialain harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlianpeserta didik, bukan keluasannya (kuantitas), artinya dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapain kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensitertentu secara objektif.

2.2   Jenis- Jenis Penilaian Otentik

Dalam rangka penilaian otentik yang baik, guru harus memahami secara jelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya yang berkaitan dengan penilaian yang akan dicapai. Penilaian otentik dibagai menjadi 3 yaitu Penilaian sikap, penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan.
a.       Penilaian Sikap
Penilaiansikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antarteman, dan jurnal.Penilaian sikap ini bukan merupakan penilaian yang terpisah dan berdiri sendiri, namun merupakan penilaian yang pelaksanaannya terintegrasi dengan penilaian pengetahuan dan keterampilan sehingga bersifat otentik. Contoh penilaian sikap antara lain: ketaatan beribadah, berperilaku syukur, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, toleransi dalam beribadah, jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri, bisa ditambahkan lagi sikap-sikap yang lain sesuai kompetensi dalam pembelajaran, missal kerja sama, ketelitian, ketekunan, dan lain-lain.

b.       Penilaian Pengetahuan
Adapun aspek-aspek yang diukur dalam penilaian pengukuran antara lain tes tertulis, tes lisan dan penugasan.
·      Tes Tertulis
Tes tertulis bisa diukur dengan soal pilihan ganda atau soal esai. Soal pilihan ganda bisa dipakai ajang coba-coba untuk peserta didik, sedangkan soal esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi materi yang sudah diajarkan. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
·      Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang di berikan guru secara langsung kepada peserta didik, sehingga peserta didik mampu merespon pertanyaan tersebut secara spontan dan tes ini mampu meningkatkan keberanian peserta didik dalam mengambil sebuah keputusan.
·      Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik berupa pekerjaan rumah baik secara individu maupun kelompok.
c.       Penilaian Keterampilan
Adapun aspek-aspek yang diukur dalam penilaian keterampilan antara lain penilaian kinerja, penilaian proyek dan penilaian portofolio.
·      Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya dan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran di kelas mendapatkan materi asam basa. Guru menugaskan siswa untuk menggolongkan sifat asam dan basa dalam kehidupan sehari-sehari. Setelah siswa menggolongkan sifat asam dan basa berdasarkan pengalaman yang di dapat. Tahap akhir guru menyuruh siswa untuk presentasi, agar guru mengetahui kinerja peserta didik seberapa peserta didik sudah mampu menangkap materi sifat asam basa dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian kinerja dapat diukur dengan rubrik dengan katagori 1 sampai 4.

·      Penilaian Produk
Penilaian produk dalam hal ini adalah proses pembuatan kwalitas hasil kerja. Pengembangan produk meliputi 3 tahapan. Pertama tahap persiapan, tertuju kepada kemampuan peserta didik dalam menemukan ide. Sebagai contoh, guru menugaskan siswa merancang pembuatan alat ukur sederhana. Kedua tahap pembuatan, siswa merancang alat dan bahan yang digunakan dan menentukan teknik yang tepat. Ketiga tahap penilaian, kemampuan siswa membuat produk yang dihasilkan.
·      Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode atau waktu tertentu. Penyelesaian tugas berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik mulai dari perencanaan, pengumpulan data, perngorganisasian, pengolahan, analisis dan penyajian data. Contoh Guru menugaskan peserta didik untuk membuat rangkaian listrik. Peserta didik dengan bebas menentukan sikap yang diambil untuk memilih rangkaian seri atau paralel. Dalam penilaian proyek ini akan terlihat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik, dimana peserta didik satu dengan yang lainnya berbeda dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi. Produk akhir projek adalah keberhasilan rangkaian yang dibuat berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
·      Penilain Portofolio
Penilaian Portofolio digunakan guru untuk memantau secara terus menerus memantau perkembangan pengetahuan dan keterampilan perserta didik. Dengan demikian penilaian portofolio memberikan gambaran secara menyeluruh tentang proses dan hasil pencapaian belajar peserta didik. Portofolio merupakan bagian terpadu dari pembelajaran, sehingga guru mengetaui sendiri tentang kelemahan dan kelebihan dari peserta didik. Sebagai contoh guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk menyebutkan nama- nama tulang pada rangka manusia. Setelah siswa mengumpulkan tugas portofolio guru harus menindaklanjuti apa yang sudah dikerjakan oleh siswa, dengan cara presentasi sambil menunjukkan dimana letak tulang yang ada pada rangka dan memberikan lebih lanjut fungsi dari tulang tersebut. Pada akhir pengerjaan tugas siswa mendapatkan feedback apa yang sudah dipelajari dan siswa harus mendapatkan penghargaan atas tugas yang sudah di kerjakan. Hal ini dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi dan dapat meningkatkan semangat belajar.

2.3   Pengertian Penilaian Kinerja

Penilaian merupakan hal penting yang harus dilakukan guru setelah melakukan proses pembelajaran yang bertujuan agar guru mengetahui ketercapaian peserta didik terhadap kompetensi tertentu. Salah satu bentuk penilaian yang bisa digunakan oleh guru adalah penilaian kinerja. Penilaian kinerja penting dilakukan oleh guru karena bisa menilai pengetahuan dan juga keterampilan siswa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kinerja mempunyai arti sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.
Penilaian kinerja (performance assessment) secara sederhana dapat dinyatakan sebagai penilaian terhadap kemampuan dan sikap peserta didik yang ditunjukkan melalui suatu perbuatan. Penilaian kinerja merupakan suatu bentuk penilaian yang mengutamakan proses (kinerja) peserta didik dengan menunjukkan kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan tugas. Marzano (dalam Rijal, 2016) menjelaskan bahwa penilaian kinerja merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan serta kebiasaan berpikir dalam berbagai konteks. Menurut Zainul (2001), penilaian kinerja adalah penilaian yang mengharuskan peserta didik mempertunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban dari alternatif jawaban yang telah disediakan.
Penilaian kinerja digunakan untuk menilai kemampuan siswa melalui pemberian  tugas (Zainul, 2001). Tugas-tugas kinerja dapat berupa suatu projek, pameran, portofolio atau tugas-tugas yang mengharuskan peserta didik memperlihatkan kemampuan kinerja.Tugas tersebut dirancang khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan. Tugas yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan bermakna bagi peserta didik (Setyono, 2005).
Penilaian kinerja dapat dijadikan alternatif dalam penilaian untuk dapat menumbuhkan minat peserta didik dalam belajar. Hal ini dikarenakan bahwa melalui penilaian kinerja, peserta didik dapat belajar dari banyak hal, misalnya: (1) pengalaman selama mengerjakan tugas-tugas kelompok atau individu yang diberikan pendidik; (2) kegiatan membaca buku-buku, jurnal, majalah, koran atau internet, hasil-hasil penelitian, projek, dan demontrasi; (3) hasil observasi atau hasil wawancara yang dilakukan peserta didik; (4) kumpulan hasil karya peserta didik dalam bentuk portofolio; dan (5) mengerjakan tes pilihan ganda yang diperluas, yakni tes yang menuntut peserta didik bukan hanya memilih jawaban yang dianggap benar tetapi juga tes ini menuntut peserta didik berpikir tentang

alasan mengapa memilih jawaban tersebut sebagai jawaban yang benar, sehingga diharapkan terjadi proses perubahan tingkah laku peserta didik menuju kondisi belajar yang lebih baik.

2.4   Teori-Teori dalam Penilaian Kinerja

Teori-teori yang ada dalam penilaian kinerja antara lain: kriteria penilaian kinerja, langkah-langkah implementasi penilaian kinerja, dan kelebihan serta kekurangan penilaian kinerja.

2.4.1          Kriteria Penilaian Kinerja

Keputusan guru untuk menggunakan penilaian kinerja sebagai alat penilaian sebaiknya didasarkan atas beberapa kriteria. Kriteria dalam penilaian kinerja menurut Popham (dalam Rijal, 2016) meliputi:
a.       Generability
Kriteria generability digunakan untuk mengetahui keterampilan peserta didik dalam melakukan tugas yang diberikan dapat digeneralisasikan atau dibandingkan dengan tugas- tugas lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Semakin dapat digeneralisasikan tugas tersebut, maka semakin baik tugas tersebut. Hal ini terutama dalam kondisi bila para peserta didik diberi tugas-tugas dalam penilaian kinerja yang berlainan.
b.       Authentic
Kriteria autentik digunakan untuk mengetahui tugas yang diberikan kepada peserta didik sesuai dengan apa yang peserta didik alami dalam kehidupan sehari-hari.
c.        Multiple fact
Kriteria ini digunakan untuk mengetahui apakah tugas yang diberikan kepada peserta didik sudah dapat mengukur lebih dari satu kemampuan-kemampuan yang diharapkan.
d.       Teachability
Kriteria ini untuk mengetahui apakah tugas yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya semakin baik karena adanya usaha mengajar guru di kelas. Jadi, tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan harus sesuai dengan yang diajarkan guru kepada peserta didik.
e.        Fairness
Kriteria ini untuk mengetahui apakah tugas yang diberikan sudah adil untuk seluruh peserta didik.
f.         Feasibility
Kriteria ini untuk mengetahui apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian ini dapat dilaksanakan, karena memungkinkan adanya kendalaa dari peserta didik dalam

menyelesaikan tugas, misalnya biaya, ruangan (tempat), waktu, serta peralatan-peralatan yang diperlukan.
g.       Scorability
Kriteria ini untuk mengetahui apakah tugas yang diberikan nantinya dapat diskor dengan akurat. Siswa yang menjalankan tugas dari guru harus mendapat skor yang akurat dan sesuai dengan apa yang peserta didik lakukan.

2.4.2          Langkah-Langkah Implementasi Penilaian Kinerja

Perancang tugas kinerja terbaik adalah guru itu sendiri. Guru mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didiknya. Guru dapat merancang tugas yang membuat peserta didik mencurahkan pengetahuan barunya atau pemahamannya secara mendalam. Adapun langkah- langkah yang dapat dilakukan guru dalam menyusun tugas-tugas sebagai berikut.
1.       Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik setelah mengerjakan atau menyelesaikan tugas.
2.       Merancang tugas-tugas untuk penilaian kinerja yang memungkinkan peserta didik dapat menunjukan kemampuan berpikir dan keterampilan. Dengan demikian tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Setiap tugas hendaknya memiliki kedalaman dan keluasan serta sepadan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
3.       Menetapkan kriteria keberhasilan yang akan dijadikan tolok ukur untuk menyatakan bahwa seorang peserta didik telah memiliki pemahaman atau keterampilan yang diharapkan. Kriteria tersebut hendaknya cukup rinci, sehingga setiap aspek kinerja yang diharapkan dicapai oleh peserta didik mempunyai kriteria tersendiri. Misalnya bila tugas berkenaan dengan kinerja menulis, maka sebaiknya dibuat kriteia yang mengukur seluruh aspek teknik menulis, aspek isi, aspek pengorganisasian penyajian, aspek kebahasaan, dan lain-lain.

2.4.3          Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja memiliki kelebihan dan kekurangan.Kelebihan dari penilaian kinerja di antaranya adalah sebagai berikut (Rifqia, 2013).
1.       Memberikan    kesempatan    kepada    peserta    didik    untuk    mendemonstrasikan    dan mengaplikasikan keterampilan yang dimiliki.
2.       Proses yang didemonstrasikan peserta didik dapat diobsservasi langsung oleh guru.
3.       Mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
4.       Memberikan bukti mengenai apa yang dapat peserta didik lakukan.
5.       Memberikan kesempatan untuk kreatifitas peserta didik.

6.       Penggunaan penilaian kinerja memungkinkan hasil dalam pembelajaran yang lebih baik.
7.       Penilaian kinerja dapat mencapai pembelajaran bermakna dan membantu memotivasi peserta didik.
8.       Penilaian kinerja dapat menilai proses dan produk pembelajaran.
9.       Guru dapat menilai hasil belajar dan keterampilan peserta didik.
10.   Pembelajaran dilakukan sesuai dengan aplikasi situasi kehidupan nyata peserta didik. Selain memiliki kelebihan, penilaian kinerja juga memiliki kekurangan diantaranya sebagai berikut.
1.       Membutuhkan waktu lama, terutama kalau pengamatannya dilakukan perindividu.
2.       Proses pertimbangan dan penskoran yang dilakukan masih bersifat subjektif
3.       Penilaian kinerja cukup memakan waktu dan sangat kompleks.
4.       Pada kenyataannya ada hal-hal yang dapat membatasi penggunaan penilaian kinerja, seperti material peralatan yang dibutuhkan.
5.       Menilai kinerja merupakan tugas yang spesifik.
6.       Perlu mengatur waktu dan kelompok dengan baik.
7.       Memerlukan waktu untuk merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kinerja peserta didik.

2.5   Cara Menyusun Instrumen Penilaian Kinerja

Asesmen kinerja atau penilaian kinerja pada prinsipnya lebih menekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Asesmen ini sangat cocok digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik performa (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide). Asesmen kinerja melibatkan aktivitas siswa yang membutuhkan unjuk keterampilan tertentu dan/atau penciptaan hasil yang telah ditentukan. Karena itu, asesmen ini memberi peluang kepada guru untuk menilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya tidak dapat dijabarkan dalam tes tertulis.
Menurut Stiggins (1994), terdapat tiga langkah utama dalam mendesain asesmen kinerja yaitu:
1.      Memilih kinerja
Pada tahap ini ditentukan jenis kinerja apa yang ingin dinilai. Misalnya kemampuan menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi: membawa mikroskop dengan benar,

menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu, mengatur pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan benda.
2.      Penyiapan dan pengembangan sarana latihan (excercise) untuk unjuk kerja
Setelah kinerja yang akan dinilai ditentukan, tahap berikutnya adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja yang akan dinilai dapat muncul. Misalnya guru akan menilai kemampuan menggunakan mikroskop, maka kegiatan belajar mengajar yang dipersiapkan adalah praktikum dengan menggunakan mikroskop.
3.         Pensekoran dan pencatatan
Tahap selanjutnyayaitu memilih sistem pencatatan untuk mentransformasikan kriteria menjadi informasi yang berguna, misalnya ceklis, skala bertingkat, catatan anekdotal.

2.6   Rubrik Penilaian Kinerja

Rubrik atau kriteria penilaian adalah suatu deskripsi tentang dimensi-dimensi untuk memutuskan kinerja siswa, suatu skala nilai untuk menilai dimensi-dimensi yang telah ditetapkan, dan standar untuk memutuskan kinerja (Karim, 2004). Rubrik disusun berdasarkan tujuan asesmen. Terdapat dua macam rubrik, yaitu holistik dan analitik. Rubrik holistik menggambarkan kualitas kinerja untuk tiap level sedangkan rubrik analitik memberikan nilai untuk komponen tugas. Kedua rubrik tersebut memiliki keuntungan masing-masing. Keuntungan rubrik holistic antara lain pekerjaan dinilai melalui keseluruhan kualitas, semua proses diberikan bobot yang sama, menekankan pada proses berpikir dan berkomunikasi serta perhitungannya secara menyeluruh. Dalam melaksanakan asesmen dengan menggunakan rubrik sebaiknya siswa mengetahui tentang kriteria apa saja yang akan dinilai sehingga mereka dapat memaksimumkan kemampuan yang dimilikinya. Berikut beberapa manfaat dari rubrik yaitu:
a.       Rubrik dapat menjadi pedoman penilaian yang objektif dan konsisten dengan kriteria yang jelas.
b.       Rubrik     dapat    memberikan     informasi     bobot    penilaian     pada    tiap     tingkatan kemampuan.
c.       Rubrik dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif.
d.      Siswa dapat menggunakan rubrik untuk menentukan strategi pembelajarannya serta mengukur capaian kemampuannya sendiri atau kelompok belajarnya.
Dalam menyusun suatu rubrik penilaian perlu diperhatikan beberapa langkah.
Langkah-langkah dalam menyusun rubrik penilaian adalah sebagai berikut.
1.       Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang akan diasesmen.

2.       Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan urutan konsep atau keterampilan yang akan diasesmen ke dalam rumusan atau definisi yang menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja.
3.       Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas yang harus diasesmen.
4.       Menentukan skala yang akan diasesmen.
5.       Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak diharapkan.
6.       Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja dengan rubrik yang telah dikembangkan.
Walaupun suatu rubrik telah diupayakan untuk disusun dengan sebaik-baiknya tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang tersusun itu merupakan sesuatu yang sempurna atau dianggap sebagai satu-satunya kriteria untuk menialai kinerja siswa dalam satu kegiatan.

2.6.1    Contoh Instrumen Asesmen Kinerja Dan Rubrik


Tugas: Lakukanlah percobaan mengenai uji karbohidrat, gula, dan protein pada bahan makanan

No
Kriteria Penilaian
Skor


1
1
2
3
Persiapan
Datang ke laboratorium tepat waktu



Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan sesuai
dengan petunjuk praktikum



2
Pelaksanaan
Mengelompokan alat-alat yang akan digunakan dalam
percobaan



Keseriusan dan kedisiplinan dalam melakukan percobaan



Menulis dan memasukan data hasil percobaan dalam
tabel pengamatan





Kerjasama dalam kelompok



Pemanfaatan waktu dalam melakukan praktikum



3
Penutup

Menaruh alat yang telah terpakai pada tempatnya semula




Kebersihan tempat setelah melakukan praktikum




Tanggung jawab terhadap alat praktikum




Pembuatan laporan hasil percobaan



Skor Total




Rubrik Penilaian


No
Aspek Yang Dinilai
Kriteria Penskoran
A. Kegiatan Persiapan
1.
Datang ke laboratorium tepat waktu
3    Datang ke laboratorium tepat waktu.
2    Datang ke laboratorium telat ≤ 5 menit
1    Datang ke laboratorium telat > 5 menit
2
Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan sesuai dengan petunjuk praktikum
3 Siswa  mempersiapkan  keseluruhan  alat dan bahan yang diperlukan sesuai dengan petunjuk praktikum
2 Siswa mempersiapkan setengah dari keseluruhan alat dan bahan yang diperlukansesuai dengan petunjuk praktikum.
1 Siswa tidak mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukansesuai dengan petunjuk praktikum
B. Kegiatan Pelaksanaan
3
Mengelompokan alat-alat yang akan digunakan dalam percobaan
3 Siswa mengelompokkan keselurahan alat- alat yang digunakan dalam percobaan.
2 Siswa mengelompokkan setengah alat-alat yang digunakan dalam percobaan.
1 Alat-alat yang digunakan dalam percobaan kurang.
4
Keseriusan dan kedisiplinan dalam melakukan percobaan
3    Siswa    sangat serius dan disiplin dalam melakukan percobaan.
2    Siswa serius dan kurang disiplin dalam melakukan percobaan.



1    Siswa tidak serius dan tidak disiplin dalam melakukan percobaan.
5
Menulis dan memasukan data hasil percobaan dalam tabel pengamatan
3 Siswa menulis dan memasukan data hasilpercobaan dengansangat benar, jelas, dan sangat lengkap.
2 Siswa menulis dan memasukan data hasilpercobaan dengan benar, jelas, namun kurang lengkap.
1 Siswa menulis dan memasukan data hasilpercobaan dengan benar, kurang jelasdan kurang lengkap.
6
Kerjasama dalam kelompok
3 Siswa sangat bekerja sama dalam kelompok
2  Siswa     kurang     bekerja     sama     dalam kelompok
1 Siswa tidak bekerja sama dalam kelompok
7
Pemanfaatan         waktu         dalam melakukan praktikum
3 Siswa sangat tepat  waktu  dalam  melakukan praktikum sesuai dengan waktu yang diberikan
2 Siswa kurang waktu dalam melakukan praktikum sesuai dengan waktu yang diberikan
1 Siswa tidak tepat waktu dalam melakukan praktikum sesuai dengan waktu yang diberikan
C. Kegiatan Penutup
8
Menaruh alat yang telah terpakai pada tempatnya semula
3 Siswa menaruh alat yang telah terpakai  pada tempat semula dengan posisi tepat
2 Siswa menaruh alat yang telah terpakai  pada tempat semula dengan posisi kurang tepat
1 Siswa menaruh alat yang telah terpakai
tidak pada tempat semula dengan posisi tidak tepat
9
Kebersihan         tempat         setelah melakukan praktikum
3 Siswa sangat memperhatikan kebersihan tempat selama melakukan praktikum
2   Siswa kurang memperhatikan     kebersihan tempat selama melakukan praktikum
1  Siswa    tidak   memperhatikan    kebersihan tempat selama melakukan praktikum
10
Tanggung jawab terhadap alat praktikum
3  Siswa     memperhatikan     keamanan     dan kebersihan   alat   selama   percobaan serta
meyimpan   kembali   alat   sesuai  dengan



fungsinya
2 Siswa kurang memperhatikan  keamanan dan kebersihan alat selama percobaan namun meyimpan kembali alat sesuai dengan fungsinya
1 Tidak memperhatikan keamanan dan kebersihan alat selama percobaan serta tidak meyimpan kembali alat sesuai dengan fungsinya
11
Pembuatan laporan hasil percobaan
3 Dalam laporan terdapat tujuan, landasan teori, alat dan bahan, langkah kerja, teknik analisis data, data hasil percobaan, analisis data, pembahasan, dan kesimpulan
2 Dalam laporan terdapat terdapat tujuan, landasan teori, alat dan bahan, langkah kerja, data hasil percobaan, analisis data, pembahasan, tetapi tidak ada kesimpulan
1 Dalam laporan tidak terdapat tujuan, landasan teori, alat dan bahan kurang lengkap, langkah kerja, data hasil percobaan, pembahasan, dan tidak ada kesimpulan


 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =(𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ/𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚) × 100

BAB III 

KESIPULAN

3.1 Kesimpulan

1.               Penelitian otentik merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai keterampilan siswa.
2.               Jenis-jenis asesmen otentik yaitu asesmen kinerja, asesmen projek, asesmen produk dan asesmen portofolio.
3.               Penilaian kinerja (performance assessment) merupakan penilaian terhadap kemampuan dan sikap peserta didik yang ditunjukkan melalui suatu perbuatan.
4.               Teori-teori yang ada dalam penilaian kinerja antara lain kriteria penilaian kinerja, langkah-langkah implementasi penilaian kinerja, dan kelebihan beserta kekurangan penilaian kinerja.
5.               Terdapat tiga langkah utama dalam mendesain asesmen kinerja yaitumemilih kinerja, menyiapkan dan mengembangkan sarana latihan (excercise) untuk unjuk kerja, melakukan pensekoran dan pencatatan.
6.               Rubrik atau kriteria penilaian adalah suatu deskripsi tentang dimensi-dimensi untuk memutuskan kinerja siswa, suatu skala nilai untuk menilai dimensi-dimensi yang telah ditetapkan, dan standar untuk memutuskan kinerja.

DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, S. dan Abdul, J. (2004). Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Dantes, N. 2008. “Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan Produk Dalam
Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi”. Makalah disampaikan pada In House Training (IHT) SMA N 1 Kuta Utara.

Karim, Muchtar Abdul. 2003. “Evaluasi Ketrampilan Membaca Matematika Berbasis Kelas”. Makalah disajikan pada Pelatihan Nasional Membaca dan Menulis Training Of Trainer (TOT) Ungaran-Jawa Tengah. Jawa Tengah 14-26 Juli 2003.

Kunandar.2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013).Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Rijal. 2016. Pengertian Penilaian Kinerja dan Pedoman Dalam Penilaian Kinerja. Tersedia pada https://www.rijal09.com/2016/12/pengertian-penilaian-kinerja-dan-pedoman- dalam-penilaian-kinerja.html. (Diakses pada tanggal 24 September 2018).

Rifqia,    H.    2013.    Penilaian     Kinerja     dan    Penilaian     Portofolio.     Tersedia     pada https://qiesoftcake.wordpress.com/2013/05/06/makalah-penilaian-kinerja-dan- penialaian-portofoliohusna-rifqiabab-ipendahuluan-a/.   (Diakses      pada          tanggal               24 September 2018).

Setyono, B. 2005. Penilaian Otentik dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan (LP3) Universitas Jember.

Stiggins, R.J.M. 1994. Student Centered Classroom Assesment. New York: McMiller College Publishing Co.

Zainul, A. 2001.Alternative Assessment. Jakarta: Universitas Terbuka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH SOAL HOTS IPA SMP BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM DAN BLOOM REVISI - KISI-KISI, SOAL, KUNCI JAWABAN

MAKALAH HIGH ORDER THINKING SKILL (HOTS)

INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK - LKS, INSTRUMEN, RUBRIK PENILAIAN - INDIKATOR ASAM BASA