IMPLEMENTASI ASESMEN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN IPA
IMPLEMENTASI
ASESMEN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN IPA
OLEH
KADEK YUNANDA LUXIANA PARWATA
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai dasar
hukumpenyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional memuat visi,
misi, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan
nasional, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan
masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global. Untuk mewujudkan visi,
misi dan tujuan tersebut, pemerintah
melaluiPeraturan Pemerintah No.
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan standar
minimal dalam pelaksanan pendidikan yang meliputi: standar isi; standar proses;
standar kompetensi lulusan; standar pendidik dan tenaga kependidikan; standar
sarana dan prasarana; standar pengelolaan; standar pembiayaan;dan standar
penilaian pendidikan.Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan perlu dilakukan evaluasi, akreditasi, dan sertikasi.
Implementasi dari pelaksanaan peraturan
pemerintah itu membawa implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk model dan
teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas. Penilaian hasil belajar dilakukan
oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Penilaian hasil belajar yang
dilakukan oleh pendidik dan satuan pendidikan merupakan penilaian internal (internal assessment),sedangkan penilaian
yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan penilaian eksternal (external assessment).Penilaian dalam
kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk menjamin : 1)
perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai
dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian,2)pelaksanaan penilaian peserta didik
secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan
konteks sosial budaya ; dan 3)pelaporan hasil penilaian peserta didik secara
objektif, akuntabel, dan informatif, standar penilaian pendidikan ini disusun
sebagai acuan penilaian bagi pendidik , satuan pendidikan, dan pemerintah pada
satuan kependidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Berdasarkan permendikbud, standar
penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai
proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapain hasil
belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilain diri, penilaian
berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu
tingakat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah atau madrasah.
Salah satu penekanan dalam kurikulum
2013 adalah penilaian otentik (authentic
assessment) sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian otentik, tetapi
dalam implementasi dilapangan belum berjalan secara optimal. Melalui kurikulum
2013 ini penilaian otentik menjadi penekanan yang serius dimana guru melakukan
penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memperhatikan penilaian otentik.Dari
latar belakang diatas penulis tertarik untuk membahas mengenai implementasi
penilaian otentik (authentic assessment)
didalam pembelajaran Sains.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian dari asesmen otentik?
2.
Apa sajakah jenis-jenis asesmen otentik ?
3.
Apakah pengertian penilaian kinerja?
4.
Bagaimanakah teori-teori penilaian kinerja?
5.
Bagaimanakah cara menyusun instrument asesmen kinerja?
6.
Apakah pengertian dari rubrik asesmen kinerja?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan
dalam penulisan makalah ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui pengertian dari asesmen otentik
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis asesmen otentik
3.
Untuk menjelaskan pengertian penilaian kinerja
4.
Untuk menjelaskan teori-teori penilaian kinerja
5.
Untuk mendeskripsikan cara menyusun instrument
asesmen kinerja
6.
Untuk menjelaskan pengertian rubrik asesmen kinerja
1.4
Manfaat Penulisan
Adapun Manfaat dari penulisan makalah
ini yaitu dapat digunakan sebagai referensi dalam memahami asesmen otentik dan
asesmen kinerja sebelum menerapkannya dilapangan dan sebagai solusi dalam
meningkatkan cara mengukur peningkatan hasil belajar peserta didik sesuai
dengan kurikulum yang diterapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penilaian Otentik
Pada awalnya istilah penilaian otentik
diperkenalkan oleh Wiggins tahun 1990 untuk menyesuaikan dengan yang biasa
dilakukan oleh orang dewasa sebagai reaksi menentang penilaian berbasis sekolah
seperti mengisi titik-titik, tes tertulis, pilihan ganda, kuis jawaban singkat.
Apabila kita melihat di tempat kerja, orang-orang tidak diberikan tes pilihan
ganda untuk menguji bisa tidaknya mereka melakukan pekerjaan tersebut. Mereka
mempunyai performansi, kinerja, atau unjuk kerja.
Menurut Jon Mueller (dalam Dantes,
2008) penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya
diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan essensial yang
bermakna.Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Stiggins (dalam Dantes, 2018),
bahkan stiggins menekankan ketrampilan dan kompetensi spesifik, untuk
menerapkan ketrampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai.Grant Wigguns (dalam
Dantes, 2008) menekankan hal yang lebih unik lagi. Beliau menekankan perlunya
kinerja ditampilkan secara efektif dan kreatif. Selain itu tugas yang diberikan
dapat berupa pengulangan tugas atau masalah yang analog dengan masalah yang
dihadapi orang dewasa (warganegara, konsumen, professional) di
bidangnya.Menurut Kunandar (2013), penilaian otentik adalah kegiatan menilai
peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses
maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan
tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti
(KI), dan Kompetensi Dasar (KD).Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa penelitian otentik merupakan penelitian yang dilakukan
untuk memperoleh gambaran mengenai keterampilan siswa.
Ciri-ciri penilaian
otentik :
1. Harus
mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk. artinya
didalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja
(performnace) dalam produk atau hasil yang dikerjakan oleh peserta didik. Dalam
melakukan penilaian kinerja dan produk pastinya bahwa kinerja dan produk
tersubut merupakan cerminan kompetensi dari peserta didiik tersebut secara
nyata dan objektif.
2. Dilaksanakan
selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung artinya, dalam melakukan penilaian
terhadap peserta didik guru dituntut untuk melakukan penilaian
terhadap kemampuan atau kompetensi proses (kemampuan atau
kompetensi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran) dan kemampuan atau
kompetensi peserta didik setalah melakukan kegiatan pembalajaran.
3. Menggunakan
berbagai cara dan sumber. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta
didik harus menggunakan berbagai teknik penilaian (disesuaikan dengan tuntutan
kompetensi) dan menggunakan berbagai sumber atau data yang bisa digunakan
sebagai informasi yang menggambarkan penguasaan kompetensi peserta didik.
4. Tes
hanya salah satu alat pengumpul data penilaian, artinya dalam melakukan
penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tertentu harus secara
komperhensip dan tidak hanya mengandalkan hasil tes semata.informasi-informasi
lain yang mendukung pencapaian kompetensi peserta didik dapat dijadikan bahan
dalam melakukan penilaian.
5. Tugas-tugas
yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian –bagian kehidupan
peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan
pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.
Penialain harus menekankan kedalaman
pengetahuan dan keahlianpeserta didik, bukan keluasannya (kuantitas), artinya
dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapain kompetensi harus
mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensitertentu secara objektif.
2.2 Jenis- Jenis Penilaian Otentik
Dalam rangka penilaian otentik yang
baik, guru harus memahami secara jelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Untuk itu, guru harus bertanya pada diri sendiri, khususnya yang berkaitan
dengan penilaian yang akan dicapai. Penilaian otentik dibagai menjadi 3 yaitu
Penilaian sikap, penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan.
a.
Penilaian Sikap
Penilaiansikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri,
penilaian antarteman, dan jurnal.Penilaian sikap ini bukan merupakan penilaian
yang terpisah dan berdiri sendiri, namun merupakan penilaian yang
pelaksanaannya terintegrasi dengan penilaian pengetahuan dan keterampilan
sehingga bersifat otentik. Contoh penilaian sikap antara lain: ketaatan
beribadah, berperilaku syukur, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan,
toleransi dalam beribadah, jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
percaya diri, bisa ditambahkan lagi sikap-sikap yang lain sesuai kompetensi
dalam pembelajaran, missal kerja sama, ketelitian, ketekunan, dan lain-lain.
b.
Penilaian Pengetahuan
Adapun
aspek-aspek yang diukur dalam penilaian pengukuran antara lain tes tertulis,
tes lisan dan penugasan.
·
Tes Tertulis
Tes tertulis bisa diukur dengan soal pilihan ganda atau
soal esai. Soal pilihan ganda bisa dipakai ajang coba-coba untuk peserta didik,
sedangkan soal esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi materi yang sudah diajarkan. Tes
tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
·
Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang di berikan guru
secara langsung kepada peserta didik, sehingga peserta didik mampu merespon
pertanyaan tersebut secara spontan dan tes ini mampu meningkatkan keberanian
peserta didik dalam mengambil sebuah keputusan.
·
Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh guru kepada
peserta didik berupa pekerjaan rumah baik secara individu maupun kelompok.
c.
Penilaian Keterampilan
Adapun
aspek-aspek yang diukur dalam penilaian keterampilan antara lain penilaian
kinerja, penilaian proyek dan penilaian portofolio.
·
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa
untuk melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya dan mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Sebagai contoh dalam proses
pembelajaran di kelas mendapatkan materi asam basa. Guru menugaskan siswa untuk
menggolongkan sifat asam dan basa dalam kehidupan sehari-sehari. Setelah siswa
menggolongkan sifat asam dan basa berdasarkan pengalaman yang di dapat. Tahap
akhir guru menyuruh siswa untuk presentasi, agar guru mengetahui kinerja peserta
didik seberapa peserta didik sudah mampu menangkap materi sifat asam basa dalam
kehidupan sehari-hari. Penilaian kinerja dapat diukur dengan rubrik dengan
katagori 1 sampai 4.
·
Penilaian Produk
Penilaian produk dalam hal ini adalah proses pembuatan
kwalitas hasil kerja. Pengembangan produk meliputi 3 tahapan. Pertama tahap
persiapan, tertuju kepada kemampuan peserta didik dalam menemukan ide. Sebagai
contoh, guru menugaskan siswa merancang pembuatan alat ukur sederhana. Kedua
tahap pembuatan, siswa merancang alat dan bahan yang digunakan dan menentukan
teknik yang tepat. Ketiga tahap penilaian, kemampuan siswa membuat produk yang
dihasilkan.
·
Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap
tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode atau waktu
tertentu. Penyelesaian tugas berupa
investigasi yang dilakukan oleh peserta didik mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, perngorganisasian, pengolahan, analisis dan penyajian data.
Contoh Guru menugaskan peserta didik untuk membuat rangkaian listrik. Peserta
didik dengan bebas menentukan sikap yang diambil untuk memilih rangkaian seri
atau paralel. Dalam penilaian proyek ini akan terlihat kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki oleh peserta didik, dimana peserta didik satu dengan yang lainnya
berbeda dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi. Produk akhir projek adalah
keberhasilan rangkaian yang dibuat berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
·
Penilain Portofolio
Penilaian Portofolio digunakan guru untuk memantau secara
terus menerus memantau perkembangan pengetahuan dan keterampilan perserta
didik. Dengan demikian penilaian portofolio memberikan gambaran secara
menyeluruh tentang proses dan hasil pencapaian belajar peserta didik.
Portofolio merupakan bagian terpadu dari pembelajaran, sehingga guru mengetaui
sendiri tentang kelemahan dan kelebihan dari peserta didik. Sebagai contoh guru
memberikan tugas kepada peserta didik untuk menyebutkan nama- nama tulang pada
rangka manusia. Setelah siswa mengumpulkan tugas portofolio guru harus
menindaklanjuti apa yang sudah dikerjakan oleh siswa, dengan cara presentasi
sambil menunjukkan dimana letak tulang yang ada pada rangka dan memberikan
lebih lanjut fungsi dari tulang tersebut. Pada akhir pengerjaan tugas siswa
mendapatkan feedback apa yang sudah
dipelajari dan siswa harus mendapatkan penghargaan atas tugas yang sudah di
kerjakan. Hal ini dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi dan dapat
meningkatkan semangat belajar.
2.3
Pengertian Penilaian Kinerja
Penilaian merupakan hal penting yang
harus dilakukan guru setelah melakukan proses pembelajaran yang bertujuan agar
guru mengetahui ketercapaian peserta didik terhadap kompetensi tertentu. Salah
satu bentuk penilaian yang bisa digunakan oleh guru adalah penilaian kinerja.
Penilaian kinerja penting dilakukan oleh guru karena bisa menilai pengetahuan
dan juga keterampilan siswa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kinerja
mempunyai arti sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan
kerja.
Penilaian kinerja (performance assessment) secara sederhana dapat dinyatakan sebagai
penilaian terhadap kemampuan dan sikap peserta didik yang ditunjukkan melalui
suatu perbuatan. Penilaian kinerja merupakan suatu bentuk penilaian yang
mengutamakan proses (kinerja) peserta didik dengan menunjukkan kemampuan dan
keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan tugas. Marzano (dalam Rijal,
2016) menjelaskan bahwa penilaian kinerja merupakan penilaian dengan berbagai
macam tugas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan serta kebiasaan berpikir dalam
berbagai konteks. Menurut Zainul (2001), penilaian kinerja adalah penilaian
yang mengharuskan peserta didik mempertunjukkan kinerja, bukan menjawab atau
memilih jawaban dari alternatif jawaban yang telah disediakan.
Penilaian kinerja digunakan untuk
menilai kemampuan siswa melalui pemberian
tugas (Zainul, 2001). Tugas-tugas kinerja dapat berupa suatu projek,
pameran, portofolio atau tugas-tugas yang mengharuskan peserta didik
memperlihatkan kemampuan kinerja.Tugas tersebut dirancang khusus untuk
menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya (produk), atau
menunjukkan penerapan pengetahuan. Tugas yang diberikan kepada peserta didik
harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dan bermakna bagi peserta
didik (Setyono, 2005).
Penilaian kinerja dapat dijadikan
alternatif dalam penilaian untuk dapat menumbuhkan minat peserta didik dalam
belajar. Hal ini dikarenakan bahwa melalui penilaian kinerja, peserta didik
dapat belajar dari banyak hal, misalnya: (1) pengalaman selama mengerjakan
tugas-tugas kelompok atau individu yang diberikan pendidik; (2) kegiatan
membaca buku-buku, jurnal, majalah, koran atau internet, hasil-hasil
penelitian, projek, dan demontrasi; (3) hasil observasi atau hasil wawancara
yang dilakukan peserta didik; (4) kumpulan hasil karya peserta didik dalam
bentuk portofolio; dan (5) mengerjakan tes pilihan ganda yang diperluas, yakni
tes yang menuntut peserta didik bukan hanya memilih jawaban yang dianggap benar
tetapi juga tes ini menuntut peserta didik berpikir tentang
alasan
mengapa memilih jawaban tersebut sebagai jawaban yang benar, sehingga
diharapkan terjadi proses perubahan tingkah laku peserta didik menuju kondisi
belajar yang lebih baik.
2.4
Teori-Teori dalam Penilaian Kinerja
Teori-teori yang ada dalam penilaian
kinerja antara lain: kriteria penilaian kinerja, langkah-langkah implementasi
penilaian kinerja, dan kelebihan serta kekurangan penilaian kinerja.
2.4.1
Kriteria Penilaian Kinerja
Keputusan guru untuk menggunakan
penilaian kinerja sebagai alat penilaian sebaiknya didasarkan atas beberapa
kriteria. Kriteria dalam penilaian kinerja menurut Popham (dalam Rijal, 2016) meliputi:
a. Generability
Kriteria generability
digunakan untuk mengetahui keterampilan peserta didik dalam melakukan tugas
yang diberikan dapat digeneralisasikan atau dibandingkan dengan tugas- tugas
lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Semakin dapat digeneralisasikan tugas
tersebut, maka semakin baik tugas tersebut. Hal ini terutama dalam kondisi bila
para peserta didik diberi tugas-tugas dalam penilaian kinerja yang berlainan.
b. Authentic
Kriteria autentik digunakan untuk mengetahui tugas yang
diberikan kepada peserta didik sesuai dengan apa yang peserta didik alami dalam
kehidupan sehari-hari.
c.
Multiple fact
Kriteria ini digunakan untuk mengetahui apakah tugas yang
diberikan kepada peserta didik sudah dapat mengukur lebih dari satu
kemampuan-kemampuan yang diharapkan.
d.
Teachability
Kriteria ini untuk mengetahui apakah tugas yang diberikan
merupakan tugas yang hasilnya semakin baik karena adanya usaha mengajar guru di
kelas. Jadi, tugas yang diberikan dalam penilaian keterampilan harus sesuai
dengan yang diajarkan guru kepada peserta didik.
e.
Fairness
Kriteria ini untuk mengetahui apakah tugas yang diberikan
sudah adil untuk seluruh peserta didik.
f.
Feasibility
Kriteria ini untuk mengetahui apakah tugas-tugas yang
diberikan dalam penilaian ini dapat dilaksanakan, karena memungkinkan adanya
kendalaa dari peserta didik dalam
menyelesaikan tugas, misalnya biaya, ruangan (tempat),
waktu, serta peralatan-peralatan yang diperlukan.
g.
Scorability
Kriteria ini untuk mengetahui apakah tugas yang diberikan
nantinya dapat diskor dengan akurat. Siswa yang menjalankan tugas dari guru
harus mendapat skor yang akurat dan sesuai dengan apa yang peserta didik
lakukan.
2.4.2
Langkah-Langkah Implementasi
Penilaian Kinerja
Perancang tugas kinerja terbaik adalah
guru itu sendiri. Guru mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didiknya. Guru
dapat merancang tugas yang membuat peserta didik mencurahkan pengetahuan
barunya atau pemahamannya secara mendalam. Adapun langkah- langkah yang dapat
dilakukan guru dalam menyusun tugas-tugas sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi
pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik
setelah mengerjakan atau menyelesaikan tugas.
2. Merancang
tugas-tugas untuk penilaian kinerja yang memungkinkan peserta didik dapat
menunjukan kemampuan berpikir dan keterampilan. Dengan demikian tugas-tugas
tersebut dapat diselesaikan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
belajar. Setiap tugas hendaknya memiliki kedalaman dan keluasan serta sepadan
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
3. Menetapkan
kriteria keberhasilan yang akan dijadikan tolok ukur untuk menyatakan bahwa
seorang peserta didik telah memiliki pemahaman atau keterampilan yang
diharapkan. Kriteria tersebut hendaknya cukup rinci, sehingga setiap aspek
kinerja yang diharapkan dicapai oleh peserta didik mempunyai kriteria
tersendiri. Misalnya bila tugas berkenaan dengan kinerja menulis, maka
sebaiknya dibuat kriteia yang mengukur seluruh aspek teknik menulis, aspek isi,
aspek pengorganisasian penyajian, aspek kebahasaan, dan lain-lain.
2.4.3
Kelebihan dan Kekurangan Penilaian
Kinerja
Penilaian kinerja memiliki kelebihan
dan kekurangan.Kelebihan dari penilaian kinerja di antaranya adalah sebagai
berikut (Rifqia, 2013).
1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan
keterampilan yang dimiliki.
2. Proses yang
didemonstrasikan peserta didik dapat diobsservasi langsung oleh guru.
3.
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
4.
Memberikan bukti mengenai apa yang dapat peserta
didik lakukan.
5.
Memberikan kesempatan untuk kreatifitas peserta didik.
6.
Penggunaan penilaian kinerja memungkinkan hasil
dalam pembelajaran yang lebih baik.
7. Penilaian
kinerja dapat mencapai pembelajaran bermakna dan membantu memotivasi peserta didik.
8. Penilaian kinerja
dapat menilai proses dan produk pembelajaran.
9.
Guru dapat menilai hasil belajar dan keterampilan
peserta didik.
10. Pembelajaran
dilakukan sesuai dengan aplikasi situasi kehidupan nyata peserta didik. Selain
memiliki kelebihan, penilaian kinerja juga memiliki kekurangan diantaranya
sebagai berikut.
1.
Membutuhkan waktu lama, terutama kalau pengamatannya
dilakukan perindividu.
2.
Proses pertimbangan dan penskoran yang dilakukan
masih bersifat subjektif
3.
Penilaian kinerja cukup memakan waktu dan sangat kompleks.
4. Pada
kenyataannya ada hal-hal yang dapat membatasi penggunaan penilaian kinerja,
seperti material peralatan yang dibutuhkan.
5. Menilai kinerja
merupakan tugas yang spesifik.
6.
Perlu mengatur waktu dan kelompok dengan baik.
7. Memerlukan
waktu untuk merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kinerja peserta didik.
2.5 Cara Menyusun Instrumen Penilaian Kinerja
Asesmen kinerja atau penilaian kinerja
pada prinsipnya lebih menekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan. Asesmen ini sangat cocok digunakan untuk
menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. Terdapat tiga komponen utama
dalam asesmen kinerja yaitu tugas kinerja (performance
task), rubrik performa (performance
rubrics), dan cara penilaian (scoring
guide). Asesmen kinerja melibatkan aktivitas siswa yang membutuhkan unjuk
keterampilan tertentu dan/atau
penciptaan hasil yang telah ditentukan. Karena itu, asesmen ini memberi peluang
kepada guru untuk menilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya
tidak dapat dijabarkan dalam tes tertulis.
Menurut Stiggins (1994), terdapat tiga langkah utama dalam
mendesain asesmen kinerja yaitu:
1.
Memilih kinerja
Pada
tahap ini ditentukan jenis kinerja apa yang ingin dinilai. Misalnya kemampuan
menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi: membawa mikroskop dengan benar,
menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu,
mengatur pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan benda.
2.
Penyiapan dan pengembangan sarana latihan (excercise) untuk unjuk kerja
Setelah kinerja yang akan dinilai ditentukan, tahap berikutnya
adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja yang akan
dinilai dapat muncul. Misalnya guru akan menilai kemampuan menggunakan
mikroskop, maka kegiatan belajar mengajar yang dipersiapkan adalah praktikum
dengan menggunakan mikroskop.
3.
Pensekoran dan pencatatan
Tahap selanjutnyayaitu memilih sistem pencatatan untuk
mentransformasikan kriteria menjadi informasi yang berguna, misalnya ceklis,
skala bertingkat, catatan anekdotal.
2.6 Rubrik Penilaian Kinerja
Rubrik atau kriteria penilaian adalah
suatu deskripsi tentang dimensi-dimensi untuk memutuskan kinerja siswa, suatu
skala nilai untuk menilai dimensi-dimensi yang telah ditetapkan, dan standar
untuk memutuskan kinerja (Karim, 2004). Rubrik disusun berdasarkan tujuan
asesmen. Terdapat dua macam rubrik, yaitu holistik dan analitik. Rubrik
holistik menggambarkan kualitas kinerja untuk tiap level sedangkan rubrik
analitik memberikan nilai untuk komponen tugas. Kedua rubrik tersebut memiliki
keuntungan masing-masing. Keuntungan rubrik holistic antara lain pekerjaan
dinilai melalui keseluruhan kualitas, semua proses diberikan bobot yang sama,
menekankan pada proses berpikir dan berkomunikasi serta perhitungannya secara
menyeluruh. Dalam melaksanakan asesmen dengan menggunakan rubrik sebaiknya
siswa mengetahui tentang kriteria apa saja yang akan dinilai sehingga mereka
dapat memaksimumkan kemampuan yang dimilikinya. Berikut beberapa manfaat dari
rubrik yaitu:
a. Rubrik
dapat menjadi pedoman penilaian yang objektif dan konsisten dengan kriteria yang jelas.
b. Rubrik dapat memberikan informasi bobot penilaian pada tiap tingkatan kemampuan.
c.
Rubrik dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif.
d. Siswa
dapat menggunakan rubrik untuk menentukan strategi pembelajarannya serta
mengukur capaian kemampuannya sendiri atau kelompok belajarnya.
Dalam menyusun
suatu rubrik penilaian perlu diperhatikan beberapa langkah.
Langkah-langkah
dalam menyusun rubrik penilaian adalah sebagai berikut.
1.
Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang
akan diasesmen.
2. Merumuskan
atau mendefinisikan dan menentukan urutan konsep atau keterampilan yang akan
diasesmen ke dalam rumusan atau definisi yang menggambarkan aspek kognitif dan
aspek kinerja.
3. Menentukan
konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas yang harus diasesmen.
4. Menentukan skala
yang akan diasesmen.
5. Mendeskripsikan
kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak diharapkan.
6. Melakukan
uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja dengan rubrik yang telah dikembangkan.
Walaupun suatu rubrik telah diupayakan
untuk disusun dengan sebaik-baiknya tetapi harus disadari bahwa tidak mungkin
rubrik yang tersusun itu merupakan sesuatu yang sempurna atau dianggap sebagai
satu-satunya kriteria untuk menialai kinerja siswa dalam satu kegiatan.
2.6.1 Contoh Instrumen Asesmen Kinerja Dan Rubrik
Tugas: Lakukanlah percobaan mengenai uji karbohidrat, gula,
dan protein pada bahan makanan
No
|
Kriteria
Penilaian
|
Skor
|
||
1
|
1
|
2
|
3
|
|
Persiapan
|
||||
Datang ke laboratorium tepat waktu
|
|
|
|
|
Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan
sesuai
dengan petunjuk praktikum
|
|
|
|
|
2
|
Pelaksanaan
|
|||
Mengelompokan alat-alat yang akan digunakan dalam
percobaan
|
|
|
|
|
Keseriusan dan kedisiplinan dalam melakukan
percobaan
|
|
|
|
|
Menulis dan memasukan data hasil percobaan dalam
tabel pengamatan
|
|
|
|
|
Kerjasama dalam kelompok
|
|
|
|
Pemanfaatan waktu dalam melakukan praktikum
|
|
|
|
|
3
|
Penutup
|
|||
|
Menaruh alat yang telah terpakai pada tempatnya
semula
|
|
|
|
|
Kebersihan tempat setelah melakukan praktikum
|
|
|
|
|
Tanggung jawab terhadap alat praktikum
|
|
|
|
|
Pembuatan laporan hasil percobaan
|
|
|
|
Skor
Total
|
|
|
|
Rubrik Penilaian
No
|
Aspek
Yang Dinilai
|
Kriteria Penskoran
|
A. Kegiatan
Persiapan
|
||
1.
|
Datang ke laboratorium
tepat waktu
|
3 Datang ke laboratorium tepat
waktu.
2 Datang ke laboratorium telat ≤ 5 menit
1 Datang ke laboratorium
telat > 5 menit
|
2
|
Mempersiapkan alat
dan bahan yang diperlukan sesuai dengan petunjuk praktikum
|
3
Siswa mempersiapkan keseluruhan
alat dan bahan yang
diperlukan sesuai dengan petunjuk praktikum
2
Siswa mempersiapkan setengah dari keseluruhan alat dan bahan yang
diperlukansesuai dengan petunjuk praktikum.
1
Siswa tidak mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukansesuai dengan
petunjuk praktikum
|
B. Kegiatan
Pelaksanaan
|
||
3
|
Mengelompokan
alat-alat yang akan digunakan dalam percobaan
|
3 Siswa
mengelompokkan keselurahan alat- alat yang digunakan dalam percobaan.
2 Siswa
mengelompokkan setengah alat-alat yang digunakan dalam percobaan.
1 Alat-alat yang
digunakan dalam percobaan kurang.
|
4
|
Keseriusan
dan kedisiplinan dalam melakukan percobaan
|
3 Siswa sangat
serius dan disiplin dalam melakukan percobaan.
2 Siswa serius dan kurang
disiplin dalam melakukan percobaan.
|
|
|
1 Siswa tidak serius dan tidak disiplin dalam melakukan percobaan.
|
5
|
Menulis
dan memasukan data hasil percobaan dalam tabel pengamatan
|
3
Siswa menulis dan memasukan data hasilpercobaan dengansangat benar, jelas,
dan sangat lengkap.
2
Siswa menulis dan memasukan data hasilpercobaan dengan benar, jelas, namun
kurang lengkap.
1
Siswa menulis dan memasukan data hasilpercobaan dengan benar, kurang jelasdan
kurang lengkap.
|
6
|
Kerjasama dalam kelompok
|
3 Siswa sangat bekerja sama dalam kelompok
2 Siswa kurang bekerja sama dalam kelompok
1 Siswa tidak bekerja sama
dalam kelompok
|
7
|
Pemanfaatan waktu dalam melakukan praktikum
|
3
Siswa sangat tepat waktu dalam melakukan praktikum sesuai dengan waktu yang diberikan
2
Siswa kurang waktu dalam melakukan praktikum
sesuai dengan waktu yang diberikan
1
Siswa tidak tepat waktu dalam melakukan praktikum sesuai dengan waktu yang diberikan
|
C. Kegiatan
Penutup
|
||
8
|
Menaruh
alat yang telah terpakai pada tempatnya semula
|
3
Siswa menaruh alat yang telah terpakai pada tempat semula dengan posisi tepat
2
Siswa menaruh alat yang telah terpakai
pada tempat semula dengan posisi kurang
tepat
1 Siswa menaruh
alat yang telah terpakai
tidak pada tempat
semula dengan posisi tidak tepat
|
9
|
Kebersihan tempat setelah melakukan praktikum
|
3 Siswa sangat
memperhatikan kebersihan tempat
selama melakukan praktikum
2 Siswa kurang memperhatikan kebersihan tempat
selama melakukan praktikum
1 Siswa tidak memperhatikan kebersihan tempat
selama melakukan praktikum
|
10
|
Tanggung
jawab terhadap alat praktikum
|
3 Siswa memperhatikan keamanan dan kebersihan alat
selama percobaan serta
meyimpan
kembali alat sesuai dengan
|
|
|
fungsinya
2
Siswa kurang memperhatikan keamanan dan kebersihan alat selama percobaan namun meyimpan kembali alat
sesuai dengan fungsinya
1 Tidak memperhatikan keamanan dan
kebersihan alat selama percobaan serta
tidak meyimpan kembali alat sesuai dengan fungsinya
|
11
|
Pembuatan laporan hasil percobaan
|
3
Dalam laporan terdapat tujuan, landasan teori, alat dan bahan, langkah kerja,
teknik analisis data, data hasil percobaan, analisis data, pembahasan, dan
kesimpulan
2
Dalam laporan terdapat terdapat tujuan, landasan teori, alat dan bahan,
langkah kerja, data hasil percobaan, analisis data, pembahasan, tetapi tidak
ada kesimpulan
1
Dalam laporan tidak terdapat tujuan, landasan teori, alat dan bahan kurang
lengkap, langkah kerja, data hasil percobaan, pembahasan, dan tidak ada
kesimpulan
|
BAB III
KESIPULAN
3.1
Kesimpulan
1.
Penelitian otentik merupakan
penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai keterampilan siswa.
2.
Jenis-jenis asesmen otentik yaitu
asesmen kinerja, asesmen projek, asesmen produk dan asesmen portofolio.
3.
Penilaian kinerja (performance assessment) merupakan
penilaian terhadap kemampuan dan sikap peserta didik yang ditunjukkan melalui
suatu perbuatan.
4.
Teori-teori yang ada dalam
penilaian kinerja antara lain kriteria penilaian kinerja, langkah-langkah
implementasi penilaian kinerja, dan kelebihan beserta kekurangan penilaian kinerja.
5.
Terdapat tiga langkah utama dalam
mendesain asesmen kinerja yaitumemilih kinerja, menyiapkan dan mengembangkan
sarana latihan (excercise) untuk
unjuk kerja, melakukan pensekoran dan pencatatan.
6.
Rubrik atau kriteria penilaian
adalah suatu deskripsi tentang dimensi-dimensi untuk memutuskan kinerja siswa,
suatu skala nilai untuk menilai dimensi-dimensi yang telah ditetapkan, dan
standar untuk memutuskan kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
S. dan Abdul, J. (2004). Evaluasi Program
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Dantes, N. 2008. “Hakikat Asesmen Otentik
Sebagai Penilaian Proses Dan Produk Dalam
Pembelajaran Yang
Berbasis Kompetensi”. Makalah disampaikan
pada In House Training (IHT) SMA N 1 Kuta Utara.
Karim, Muchtar Abdul. 2003. “Evaluasi Ketrampilan
Membaca Matematika Berbasis Kelas”. Makalah
disajikan pada Pelatihan Nasional Membaca dan Menulis Training Of Trainer
(TOT) Ungaran-Jawa Tengah. Jawa Tengah 14-26 Juli 2003.
Kunandar.2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar
Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013).Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.
Rijal.
2016. Pengertian Penilaian Kinerja dan
Pedoman Dalam Penilaian Kinerja. Tersedia pada https://www.rijal09.com/2016/12/pengertian-penilaian-kinerja-dan-pedoman-
dalam-penilaian-kinerja.html. (Diakses pada tanggal 24 September 2018).
Rifqia, H. 2013. Penilaian Kinerja dan Penilaian Portofolio. Tersedia pada https://qiesoftcake.wordpress.com/2013/05/06/makalah-penilaian-kinerja-dan-
penialaian-portofoliohusna-rifqiabab-ipendahuluan-a/. (Diakses pada tanggal 24 September 2018).
Setyono,
B. 2005. Penilaian Otentik dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jurnal Lembaga Pembinaan dan Pengembangan
Pendidikan (LP3) Universitas Jember.
Stiggins,
R.J.M. 1994. Student Centered Classroom
Assesment. New York: McMiller College Publishing Co.
Zainul, A. 2001.Alternative Assessment. Jakarta: Universitas Terbuka.
Komentar
Posting Komentar